Jumat, 14 November 2014

TES KRAEPELIN

SEJARAH TES KRAEPELIN
                                                               
                Tes kraepelin diciptakan oleh seorang psikiater Jerman bernama Emilie Kraepelin pada tahun 1856 – 1926. Alat tes ini terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Pada mulanya merupakan tes kepribadian. Namun dalam pekembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara merubah tekanan skoring dan interpretasi. Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa alat tes ini akan mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya: kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja di dalam tekanan.
                Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menjadi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882, ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semas mahasiswa. Dari tahun 1903 hingga ia wafat, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut. Emilie Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emilie Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi. Maka asal-usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.
                Kraepelin menjadi terkenal, terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut Psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama, yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut Schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan tes psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu tes yang diciptakannya dikenal dengan nama Tes Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980-an.

ASPEK-ASPEK TES KRAEPELIN

                Alat tes ini terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Pada mulanya merupakan tes kepribadian. Namun, dalam perkembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara merubah tekanan skoring dan interpretasi. Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa alat tes ini akan mengungkap bebeapa faktor bakat diantaranya: kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja di dalam tekanan.
                Menurut Dr. J. De Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan sebagai tes yang mengukur faktor-faktor khusus non-intelektual (tes konsentrasi). Sedangkan menurut Anne Anestesi, tes Kraepelin merupakan tes kecepatan. Ini ditunjukkan dengan banyaknya soal yang dibatasi waktu, dimana testi dipastikan tidak dapat menyelesaikan seluruh soal. Jadi, pada tes Kraepelin memang testi tidak diharapkan untuk menyelesaikan seluruhnya setiap lajur. Yang dilihat disini adalah kecepatan kerja testi. Selain kecepatan kerja, faktor-faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian, konsentrasi dan stabilitas kerja. Aspek-aspek yang berpengaruh bermacam-macam, misalnya persepsi visual, konseptual, koordinasi senso-motorik, pushing power, ketahanan, learning effect.

TUJUAN PENGETESAN

                Tes Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maksimum performa seseorang. Oleh karenanya, tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil tes secara obyektif bukan pada arti proyektifnya.



Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar