Aisyah. Seorang gadis kecil yang
hidup dan juga dihidupi oleh mimpinya yang hidup bersama kedua orangtuanya,
yang menginginkan hidupnya jauh lebih baik. Apakah itu terlalu muluk Tuhan,
untuk seorang gadis kecil yang hidup dalam kesederhanaan?! Seorang gadis kecil
yang hidup di sisi kelam sebuah kota besar. Mungkin, orang lain hanya
menganggap sebagian dari dirinya itu manusia yang tidak pantas mempunyai mimpi yang besar, yang hanya di pandang sebelah
mata.
Mimpi yang menghidupkan hidupnya di
lingkungan yang tidak memadai, yang tak sehat, yang begitu kotor dan kumuh.
Namun, cita-citanya begitu dibutuhkan dan sangat berjasa bagi orang-orang yang
membutuhkannya. Yaitu untuk menjadi seorang dokter. Aisyah, seorang gadis kecil
ini yang memiliki mimpi dan harapan besar dalam hidupnya untuk menyambung
kehidupannya di kemudian hari. Meskipun ia hanyalah seorang gadis kecil yang
hidup begitu memprihatinkan. Namun, ia tidak pernah putus asa dalam menggapai
semuanya. Ia selalu menerapkan segala pelajaran yang dianggapnya sangat
berharga dalam menjalani kehidupan sehariharinya. Salah satunya adalah
pelajaran agama islam, yang ia pelajari dari sebuah sekolah darurat yang di
bangun oleh seorang dermawan.
Di sekolah itulah, ia belajar bagaimana
ia harus tetap berdo’a dalam setiap memulai segala niat yang dituju, berusaha
dalam menggapai semua harapan, bagaimana ia harus selalu ikhlas dalam memulai segala
hal atau niatnya, dan yang terakhir adalah tawakal yang mengajarkannya
bagaimana ia harus berserah diri kepada Allah SWT disaat dirinya belum
mendapati apa yang ia inginkan ketika sudah berusaha semampu dirinya.
Namun, suatu ketika itu keluarganya
tertimpa musibah. Yaitu ayahnya, yang mengalami sakit keras dan mengaharuskan
dirinya membantu ibunya mencari tambahan uang untuk biaya berobat. Aisyah,
seorang gadis kecil yang begitu cerdas dan selalu ceria meskipun hidupnya
begitu sederhana. Kini, dirinya harus siap untuk berkeliling menjajaki dagangan
buatan ibunya setapak demi setapak langkah kakinya ke setiap sudut gang kecil
yang kumuh.
Setelah beberapa bulan berlalu,
ayahnya meninggal. Ia dan ibunya begitu
terpukul, karena harus berpikir lebih keras bagaimana caranya mendapatkan uang
untuk makan sehari-hari dan harus memikirkan biaya sekolah. Dan jalan yang di
pilih oleh ibunya adalah yang meminta Aisyah untuk berhenti sekolah. Betapa
sedihnya Aisyah saat ibunya memberi kabar yang begitu membuatnya sangat
terpukul.
Karena, Aisyah begitu menikmati
masa-masa indahnya di sekolah, meskipun hanya dalam sebuah sekolah darurat.
Bagaimana ia dapat bertukar pikiran dengan sang pengajar, dengan teman-teman di
sekolahnya, juga interaksi dengan lingkungan sosial lainnya yang membuat
pengalamannya bertambah. Betapa berhati mulianya Aisyah, ia menyetujui permohonan
ibunya. Dan kini, ia hanya bisa membantu ibunya berjualan.
Namun, setelah pulang menjajaki
dagangannya. Aisyah tetap ingat dengan belajar, karena ia sadar, kini dirinya
tak lagi bersekolah di sekolah yang dicintainya itu. Dan ibunyapun yang hanya sanggup
mencari uang untuk sekedar makan sehari-hari setelah ayahnya meninggal.
Namun, setelah mengetahui muridnya tidak
masuk sekolh selama beberapa bulan. Pak Ridho, seorang dermawan pemilik sekolah
darurat, datang ke rumah Aisyah. Dan setelah banyak mengobrol. Akhirnya, Pak
Ridho menginginkan Aisyah sekolah kembali di sekolah daruratnya. Karena, Aisyah
adalah anak yang cerdas. Maka, beliau membebaskan segala biaya yang ada. Betapa
terharunya Aisyah dan ibunya setelah mendapat kabar seperti itu. Dan kini, ia
kembali bersekolah untuk menggapai semua mimpi besarnya agar dapat terwujud.
Dan
seiring berjalannya waktu, Aisyah kini menjadi seorang dokter
profesional yang jasanya tidak diragukan lagi. Dan kini, ia dan ibunya hidup
bahagia dengan lingkungan tempat tinggal yang sudah jauh dari sisi kumuhnya
sudut kota besar, meskipun tanpa adanya seorang ayah lagi. Namun, itu semuanya
sudah cukup membuatnya terharu dan mewakili kebahagiaannya bahwa ia dapat
menggapai semua mimpi besarnya dengan cara selalu berdo’a kepada Allah SWT,
selalu berusaha dengan gigih, selalu diikuti dengan hati yang ikhlas, dan
selalu berserah diri kepada Allah SWT atau tawakal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar