Dewasa ini banyak sekali anak kecil yang sudah “dipercaya” untuk memilki gadget keluaran anyar yang sangat canggih. Namun, perlu disadari juga bahwa peran orang tua masih sangatlah penting untuk pembentukan karakter seorang anak. Banyak anak-anak yang diberi gadget dan orang tua seakan lupa dengan perannya karena merasa gadget sudah sangat mewakili dalam mengajari anak belajar misalnya. Biasanya orang tua memberikan gadget dan memberi anak-anak tersebut aplikasi atau konten yang pantas untuk anak, lalu orang tua sibuk dengan tugasnya masing-masing tanpa memperhatikan apa yang si anak butuhkan.
Sebenarnya saya cukup prihatin
dengan perkembangan anak di zaman sekarang ini. Banyak anak yang
perkembangannya kurang matang di masanya. Saya ambil contoh pada perkembangan
motorik anak usia 3 tahun, biasanya anak-anak gemar melakukan gerakan-gerakan
sederhana, seperti melompat serta berlari kesana-kemari; hal tersebut dilakukan
untuk sekedar menyenangkan hati ketika menampilkan hal tersebut. Aktvitas pada
anak usia 3 tahun tersebut dapat menjadi sumber kebanggaan dan prestasi yang
cukup berarti jika dibandingkan dengan hanya bermain gadget. Pada usia ini, biasanya anak-anak juga senang bermain
puzzle sederhana, ia masih meletakkan potongan-potongan itu dengan agak kasar.
Bahkan ketika mereka belum mampu meletakkannya dengan benar, sering kali mereka
terus mencoba meletakkan potongan puzzle tersebut dengan penuh semangat. Pada
usia 4 tahun, anak-anak masih menikmati berbagai aktivitas sejenis, namun pada
usia ini biasanya akan lebih berani. Dan koordinasi motorik halus pada anak
usia 4 tahun sudah dapat memperlihatkan kemajuan yang bersifat substansial dan
ia juga menjadi lebih cermat. Sedangkan pada anak usia 5 tahun, anak-anak
mengembangkan jiwa petualang yang lebih besar lagi, si anak mulai mampu berlari
kencang dan gemar berlomba dengan kawan-kawan sebaya maupun orang tuanya. Koordinasi motorik halus pada usia ini telah
memperlihatkan kemajuan yang lebih jauh lagi. Tangan, lengan, dan tubuh,
semuanya bergerak bersama di bawah komando mata.
Bila dilihat untuk jam tidur si
kecil, para ahli merekomendasikan agar anak-anak tidur selama 11-13 jam setiap
malam (National Sleep Foundation,
2010). Sebagian besar anak-anak kecil tidur sepanjang malam dan satu kali tidur
siang. Tidak hanya waktu tidur yang penting bagi anak-anak, tapi juga tidur
yang tidak terganggu. Studi terbaru lainnya mengungkap bahwa anak-anak yang
memiliki masalah tidur dari usia 3-8 tahun cenderung mengembangkan masalah
remaja, seperti penyalahgunaan obat dan depresi di usia dini (dalam Santrock: Wong,
Brower, &Zucker, 2009).
Selanjutnya ada pada masalah
malasnya berolahraga. Dikarenakan sudah terlalu asyik untuk bermain gadget, biasanya anak-anak malas untuk
diajak berolahraga. Karena, merasa game di gadget-nya
itu lebih asyik daripada harus berlari atau berpanas-panasan di luar.
Selanjutnya dilihat dari proses
belajar anak. Biasanya anak yang sudah terikat oleh gadget itu sulit untuk diajak belajar (meskipun tidak semua anak
memiliki gangguan yang sama). Karena saat anak sudah di depan layar gadget,
anak hanya akan diam terpaku oleh animasi-animasi dalam game atau aplikasi
lainnya di gadget. Pada proses
belajar ini, anak-anak akan semakin malas untuk diajak belajar dan dapat
berkembang menjadi anak yang mengalami kesulitan belajar (learning disability) yang meliputi pemahaman atau menggunakan
bahasa lisan maupun tulisan, dan kesulitan tersebut terlihat dalam hal mendengar,
berpikir, membaca, menulis, dan mengeja. Berikut merupakan tiga macam kesulitan
tersebut adalah:
- Disleksia, yaitu kategori bagi individu yang memiliki gangguan parah dalam hal membaca dan mengeja.
- Disgrafia, yaitu kesulitan belajar yang mencakup kesulitan dalam menulis dengan tangan. Anak-anak disgrafia lamban dalam menulis, hasil tulisannya sangat sulit dibaca, dan sering kali membuat kesalahan ejaan karena tidak mampu menyesuaikan bunyi dengan huruf.
- Diskalkulia, gangguan yang sering disebut dengan gangguan perkembangan aritmatika, yaitu kesulitan belajar yang terkait dengan perhitungan matematika.
Jadi,
untuk para orang tua atau kita yang senang dengan anak-anak. Perhatikanlah apakah
si anak tersebut mengalami perkembangan yang baik atau tidak. Baik pada ruang lingkup
kognitif, emosi, dan proses sosialnya di lingkungan. Tidak ada pelarangan dalam
bermain gadget, tapi akan lebih baik
bila orang tua mendampingi dan mengawasi anak dalam bermain gadget dan memperhatikan intensitas
waktu yang telah dihabiskan anak dalam bermain gadget. Sudah seharusnya, orang tua menjadi pendamping yang baik
untuk anak. Perhatikan perkembangan anak, apakah si anak melewati periode
perkembangan sesuai usianya atau tidak. Perhatikan juga jam biologis anak yang
seharusnya mereka dapatkan sesuai usianya. Bila ada yang terlewati pada periode
seharusnya, maka saat remaja atau dewasa nanti si anak akan mengalami hal-hal
yang tidak seharusnya terjadi dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan.
Sumber:
Santrock, John W. 2012. Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid I. Jakarta: Erlangga.