1.
Definisi
Empowerment
Menurut Richard Carver, Managing Director dari Coverdale
Organization mendefinisikan empowerment sebagai hal yang
mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara
pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan
sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan
penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan
sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan
untuk melakukan perubahan.
2.
Kunci Efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment),
menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan
“harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi
dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan,
sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang
memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan
ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan
masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
3.
Definisi Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik,
psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
4.
Sumber Stress
a. Sumber-sumber
stress dalam
diri seseorang.
Tingkatan
stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu
(Sarafino,
1990).
Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan
motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan
sumber stress yang utama.
b. Sumber-sumber
stress di dalam keluarga.
Stress
di sini juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga,
seperti perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan
yang saling berbeda, dll.
c. Sumber-sumber
stress di dalam komunitas dan
lingkungan.
Interaksi
subjek di luar lingkungan keluarga
melengkapi sumber-sumber stress.
d. Pekerjaan
dan stress.
Menurut
Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena
lingkungan fisik yang terlalu menekan,
kurangnya kontrol yang dirasakan,
kurangnya hubungan interpersonal, kurangnya
pengakuan terhadap kemajuan kerja.
e. Stress
yang berasal dari lingkungan.
Lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti kebisingan, suhu yang terlalu
panas, kesesakan, dan angin badai (tornado,
tsunami).
Stressor lingkungan mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi,
kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir
(Peterson dkk, 1991) dan faktor sekolah (Graham,1989).
5.
Cara Mengatasi Stress
Dukungan
sosial dan konsep-konsep terkait beberapa penulis meletakkan dukungan sosial
terutama dalam konteks hubungan
yang akrab atau kualitas hubungan (Winnubst dkk,
1988).
Menurut Robin & Salovey (1989) perkawinan dan keluarga barangkali merupakan
sumber dukungan sosial yang penting. Para ilmuan lainnya menetapkan dukungan
sosial dalam rangka jejaring
sosial.
Segi-segi
fungsional mencangkup: dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan,
pemberian nasehat atau informasi, pemberian bantuan material (Ritter,
1988). Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum
dari hubungan interpersonal.
6.
Definisi Konflik
Menurut
Robbins, konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan
bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif pihak lain.
Menurut
Alabaness, konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak
atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk
mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.
7.
Jenis-jenis Konflik
a.
Konflik Personal dan Konflik
Interpersonal:
1)
Konflik personal, konflik yang terjadi
dalam diri seorang individu karena harus memilih dari sejumlah alternatif
pilihan yang ada atau karena mempunyai kepribadian ganda. Konflik ini terdiri
atas, antara lain sebagai berikut:
a)
Konflik pendekatan ke pendekatan, yaitu
konflik yang terjadi karena harus memilih dua alternative yang berbeda, tetapi
sama-sama menarik atau sama baik kualitasnya.
b)
Konflik menghindar ke menghindar, yaitu
konflik yang terjadi karena harus memilih alternative yang sama-sama harus
dihindari.
c)
Konflik pendekatan ke menghindar, yaitu
konflik yang terjadi karena seseorang mempunyai perasaan posisitif dan negatif
terhadap sesuatu yang sama.
2) Konflik
interpersonal, konflik yang terjadi di dalam suatu organisasi atau konflik di
tempat kerja diantara pihak-pihak yang terlibat konflik dan saling
ketergantungan dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan
organisasi. Konflik yang terjadi di antara mereka yang bekerja untuk
suatu organisasi – profit atau nonprofit. Konflik interpersonal
dapat terjadi dalam tujuh macam sebagai berikut:
a)
Konflik antarmanajer, bentuk konflik di
antara manajer atau birokrat organisasi dalam rangka melaksanakan fungsinya
sebagai pimpinan organisasi.
b)
Konflik antar pegawai dan manajernya,
konflik ini terjadi antara manajer unit kerja dan karyawan di bawahnya.
c)
Konflik hubungan industrial, konflik
yang terjadi antara organisasi atau perusahaan dan para karyawannya atau dengan
serikat pekerja.
d) Konflik
antar kelompok kerja, dalam organisasi terdapat sejumlah kelompok kerja yang
melakukan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan organisasi yang sama.
Masing-masing kelompok harus memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi,
dimana kelompok-kelompok kerja tersebut saling memiliki ketergantungan.
e)
Konflik antara anggota kelompok kerja
dan kelompok kerjanya, konflik yang terjadi dalam melaksanakan fungsi dan tugas
dalam suatu tim karena perbedaan latar belakang pendidikan, agama, budaya,
pengalaman dan kepribadian.
f)
Konflik interes, konflik yang
bersifat individual dan interpersonal yang terjadi dalam diri
seseorang pegawai yang terlibat konflik.
g)
Konflik antara organisasi dan pihak luar
organisasi, konflik yang terjadi antara suatu perusahaan atau organisasi dan
pemerintah; perusahaan dan perusahaan lainnya; perusahaan dan pelanggan;
perusahaan dan lembaga swadaya masyarakat; serta perubahan dan masyarakat.
b.
Konflik Interes
Konflik
ini berkaitan dengan konflik dalam diri seseorang individu dalam suatu sistem
sosial (organisasi atau perusahaan) yang membawa implikasi bagi individu dan
sistem sosialnya. Konflik inters biasanya terjadi dalam diri pemimpin, manajer
atau pegawai karena mereka merupakan individu dengan multiposisi dan
multiperan. Kebijakan untuk menanggulangi konflik interes perlu disusun dan
dilaksanakan secara sistematis, antara lain sebagai berikut:
a)
Membaut definisi operasional mengenai
apa yang disebut sebagai konflik interes sehingga bisa dideteksi dan diukur,
disertai contoh-contohnya.
b)
Adanya deskripsi tugas untuk setiap
orang dalam organisasi dan prosedur untuk melaksanakannya.
c)
Adanya prosedur untuk menyelesaikan
konflik interes.
d) Adanya
sanksi terhadap orang yang melakukan konflik interes.
e)
Dilakukan pelatihan untuk menghindari
terjadinya konflik interes dan kode etik organisasi.
c. Konflik
Realistis dan Konflik Nonrealistis
Lewis
Coser seperti dikutip oleh Joseph P. Folger dan Marshal S. Poole (1984)
mengelompokkan konflik menjadi konflik realistis dan konflik nonrealistis,
yaitu:
a)
Konflik realistis, terjadi karena
perbedaan dan ketidak sepahaman cara pencapaian tujuan atau mengenai tujuan
yang akan dicapai. Interaksi konflik memfokuskan pada isu ketidaksepahaman
mengenai substansi atau objek konflik yang harus diselesaikan oleh pihak yang
terlibat konflik. Metode manajemen konflik yang digunakan adalah dialog,
persuasi, musyawarah, voting dan negosiasi.
b)
Konflik nonrealistis, konflik ini
dipicu oleh kebencian atau prasangka terhadap lawan konflik yang mendorong melakuka
agresi untuk mengalahkan atau menghancurkan lawan konfliknya. Metode manajemen
konflik yang digunakan adalah agresi, menggunakan kekuasaan, kekuatan dan
paksaan. Konflik ini biasanya dipicu karena perbedaan agama, suku,
ras, bangsa, yang sudah menimbulkan kebencian mendalam.
d.
Konflik Destruktif dan Konflik
Konstruktif
a) Konflik
konstruktif, konflik yang prosesnya mengarah kepada mencari solusi
mengenai substansi politik. Interaksi pihak-pihak yang terlibat konflik
merupakan interaksi membangun dan makin mendekatkan jarak interaksi sosial
diantara mereka dan membangun pihak-pihak yang terlibat konflik untuk mencapai
objektif mereka. Di samping itu, konflik jenis ini memungkinkan interaksi
konflik yang keras kembali normal dan sehat. Akhir dari konflik ini adalah
antara lain win & win solution, solusi kolaborasi atau kompromi, serta
meningkatkan perkembangan dan kesehatan organisasi.
b) Konflik
destruktif, pihak-pihak yang terlibat konflik tidak fleksibel atau kacau karena
tujuan konflik didefinisikan secara sempit yaitu untuk mengalahkan satu sama
lain. Interaksi konflik berlarut-larut, siklus konflik tidak terkontrol karena
menghindari isu konflik yang sesungguhnya. Pihak-pihak yang terlibat konflik
menggunakan teknik manajemen konflik kompetisi, ancaman, konfrontasi, kekuatan,
agresi, dan sedikit sekali menggunakan negosiasi untuk mencapai win & win solution.
8.
Proses Konflik
Menurut Pondi,
Proses terjadinya konflik sebagai berikut:
a. Konflik
Laten (Latent Conflict)
Konflik laten merupakan
tahap dari munculnya faktor-faktor penyebab konflik dalam organisasi.
Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini ialah persaingan untuk memperebutkan
sumberdaya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi di dalam
organisasi.
b. Konflik
yang Dipersepsikan (Perceived Conflict)
Pada tahap ini salah
satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian
tujuannya.
c. Konflik
yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict)
Pada tahap ini perilaku
tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti adanya
sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain sebagainya.
d. Resolusi
Konflik (Conflict Resolution)
Pada tahap ini konflik
yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan.
e. Konflik
Aftermath
Jika konflik sudah
benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota
organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka akan dapat
menimbulkan konflik yang baru.
9.
Definisi Komunikasi
Pawito
dan C. Sardjono (1994:12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu
proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran)
dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan
dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya
didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel), dan penerima (the receiver).
10.
Hambatan dalam Komunikasi
a.
Hambatan dari Proses Komunikasi:
1)
Hambatan dari pengirim pesan
2)
Hambatan dalam penyandian/symbol
3)
Hambatan media
4)
Hambatan dalam bahasa sandi
5)
Hambatan dari penerima pesan
6)
Hambatan dalam memberikan balikan
b.
Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat
mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain
lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
c.
Hambatan Semantik
Kata-kata yang
dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua
yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
d.
Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis
dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai
serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
Sumber:
Christian,
M. (2005). Jinakkan stress. Bandung: Nexx
Media.
Smet,
B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta:
Gramedia.
Hill,
V. (2000). Handbook of stress, coping,
and health: implications for nursing research, theory, and practice. USA:
Sage Publication, Inc.
Hulme,
David & M. Turner. (1990). Sociology
of Development: Theories, Policies and Practices. Hertfordshire: Harvester
Whearsheaf.
Wirawan.
(2010). Konflik dan Manajemen
Konflik: Teori, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba
Humanika.
Sopiah,
(2008). Perilaku Organisasional.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.