Jumat, 17 Juni 2016

Kasus Meninggalnya Mahasiswa UI

Saya setuju dengan istilah Mens sana in corpore sano (di dalam jiwa yang sehat ada dalam tubuh yang sehat) dan berikut merupakan salah satu kasus yang kurang adanya keseimbangan antara jasmani dan rohani dalam diri manusia. Berita yang diunggah oleh detik.com pada Selasa 31 May 2016, 15:14 WIB, telah membuktikan bahwa semua manusia itu membutuhkan kesehatan. Baik kesehatan jasmani atau rohani.

Kasus:
“UI Berbelasungkawa Atas Meninggalnya Mahasiswa Akutansi yang Diduga Gantung Diri” (Mei Amelia R – detikNews)
Jakarta - Civitas Akademika Universitas Indonesia (UI) menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Vincensius Billy, mahasiswa angkatan 2012 jurusan akuntansi kelas pararel. UI menyampaikan duka yang mendalam pada keluarga almarhum. "Rektor Prof Muhammad Anis beserta segenap civitas akademika berbelasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga atas meninggalnya Vincensius Billy," jelas Kepala Humas UI Rifelly Dewi Astuti, Selasa (31/5/2016).
Vincensius ditemukan meninggal dunia di kostnya di Kukusan, Depok. Vincensius ditemukan dengan kondisi leher terjerat seutas tali di kamar kosnya. Polisi menduga korban bunuh diri. "Dugaan sementara dari hasil olah TKP dan keterangan saksi-saksi, korban diduga gantung diri," ujar Kasat Reskrim Polres Depok Kompol Teguh Nugroho kepada detikcom.
Jasad korban ditemukan pada pukul 08.15 WIB ketika petugas kebersihan kosan, Mariaty, bersih-bersih di lorong kamar-kamar kos (dra/dra).

Analisis:
Diperkirakan sekitar 15% orang yang didiagnosa gangguan depresi mayor melakukan usaha bunuh diri (Maris et. Al., dalam Davison & Neale, 2001). Pengertian bunuh diri adalah usaha yang dilakukan untuk mengakibatkan kematian diri sendiri. seringkali bunuh diri dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang menyebabkan penderitaan yang mendalam. Bunuh diri sering kali diasosiasikan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi atau terabaikan, konflik yang ambivalen antara keinginan untuk bertahan dengan stres yang berat, perasaan tidak berdaya atau tidak ada harapan, menyempitnya pilihan yang dipersepsi, dan kebutuhan untuk melarikan diri (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994).
Menurut Freud, orang yang bunuh diri menampilkan agresi yang diarahkan ke dalam dirinya untuk melawan introyeksi dan obyek kateksis yang ambivalen. Berdasarkan teori Freud, Karl Menninger mengemukakan bahwa bunuh diri adalah pembunuhan yang retrofleksis, pembunuhan yang dibalikkan, sebagai hasil kemarahan pada orang lain, yang kemudian diarahkan pada diri sendiri atau digunakan untuk menghindari hukuman. Terdapat 3 komponen bunuh diri menurut Menninger, yaitu harapan untuk membunuh, harapan untuk dibunuh, dan harapan untuk mati. Bunuh diri timbul dari fantasi individu tentang apa yang akan terjadi jika mereka mencoba bunuh diri, dan apa konsekuensinya. Fantasi tersebut banyak melibatkan harapan akan membalas dendam, kekuasaan, konrol, dll.
Faktor yang menyebabkan korban untuk bunuh diri (kemungkinan) karena tuntutan yang belum bisa dicapai (frustasi) yang telah mengubahnya menjadi stres. Misalnya dalam tugas-tugas atau kewajiban selam kuliah yang harus diemban, namun belum bisa terpenuhi sesuai denga harapannya. Selain itu banyak faktor yang dapat menyebabkan suatu individu menjadi stres, antara lain:
1. Faktor Biologis: Gen, penyakit, tidur, postur tubuh, kelelahan.
2. Faktor Psikologis: Frustasi, perasaan dan emosi, pengalaman hidup, keputusan perilaku
3. Faktor Sosial: Keluarga, lingkungan, dunia kerja.
Faktor penyebab stres dilihat dari sudut pandang psikodinamik, mendasarkan diri mereka pada asumsi bahwa gangguan tersebut muncul sebagai akibat dari emosi-emosi yang direpres. Hal-hal yang akan direpres akan muncul akan menentukan organ tubuh mana yang terkena penyakit.
Stres bisa diatasi dengan cara sebagai berikut:
a. Jangan hanya bergantung pada diri sendiri, sebisa mungkin minta bantuan kepada orang terdekat jika memiliki msalah yang tidak bisa dihadapi sendiri.
b. Ciptakan tujuan yang terukur dan bisa tercapai.
c. Jangan menuntut kesempurnaan.
d. Bedakan antara stres yang nyata dan tidak nyata.
e. Tambah keimanan dan motivasi yang baik
f. Belajar mengelola waktu.

Sumber:
- Davison, Gerald C., Neale, John M.. (2001). Abnormal Psychology. 8th editon. New York: John Wiley & Sons.
- Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A.. (1994). Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences Clinical Psychiatry. 7th edition. Baltimore: Williams & Wilkins.