Minggu, 12 April 2015

Anak Indonesia yang Berbakat di Negeri Paman Sam

Selamat sore para pembaca blog, kali ini saya akan membagi informasi tentang salah satu anak Indonesia yang berbakat di negara Amerika Serikat yang bernama Erica Kaunang.

Pada tahun 2014 yang lalu, gadis cilik berdarah Kawanua asal Indonesia kembali menunjukkan kelasnya, karena masuk deretan siswa paling pintar di New York, Amerika Serikat. Pada sebuah acara yang bertajuk National Junior Society Induction Ceremony, namanya kembali menggema di seantero ruangan sebagai salah satu dari sedikit anak-anak yang dianggap dan diyakini sebagai siswa genius pada penerima award bergengsi di dunia pendidikan Amerika.

Di awal tahun 2014, penghargaan yang diterima Erica tentu akan menjadi kebanggaan bagi orang tua dan warga Indonesia lainnya yang tinggal di Amerika. Untuk yang ketiga kalinya Erica mendapat penghargaan Gold Honor Roll, setelah pada tahun 2012 dan 2013, ia juga memperolehnya secara penuh. Hanya saja, acara penghargaan Gold Honor Roll tahun 2014 yang lalu terbilang lebih istimewa oleh karena dirayakan secara besar-besaran di salah satu state di Negeri Paman Sam itu. Tamu yang hadir pun tidak hanya dari kalangan akademisi, namun juga para politisi dan penguasa setempat. Sebut saja di antaranya ada Senator asal NYC, Mr. Joseph P, Addobbo Jr, kemudian ada juga NYC Councilwoman, Elizabeth Crowley, Principal Dr. Jeanne Fagan bersama wakilnya, Mr. Frederick Baumann. Dari pihak NJHS (National Junior Honor Society Advisor) hadir pula  Mrs. Kim. Puterbaugh, kemudian ada PIA President, Mrs. Christina De Simone. Mewakili Community School District 24 Superintendent Madelin Taub-Chan. Banyak juga politisi lokal lainnya turut hadir untuk memberikan apresiasi terhadap anak-anak pintar ini.

Dalam acara pemberian Award tersebut, ada 49 siswa dari Gifted and Talented Class (sebuah kelas khusus anak-anak genius dan berprestasi) yang menerima penghargaan. Salah satu dari beberapa penerima penghargaan tersebut adalah Erica Kaunang. Gadis cilik putri tercinta dari pasangan Joutje Kaunang dan Eva Purba (pasangan Manado – Batak) ini memang adalah anak yang sangat pintar dan berprestasi. Menurut sang ayah, Joutje, bahwa penerima award ini memanglah hanya dikhususkan kepada mereka yang memiliki nilai report card di atas 90%. Dan Erica sendiri mendulang hasil, yang menurut pendapat saya amat fantastis yaitu 99.93% atau hampir sempurna (nilai sempurna adalah 100%).

Ke-49 penerima penghargaan ini datang dari kelas yang memang sudah terpilih, yaitu berjumlah 300 orang yang dipilih dari seluruh Amerika Serikat. Mereka adalah siswa-siswa jenius yang dipilih dan diseleksi secara ketat untuk masuk dalam kelompok Gifted and Talented. Ini adalah sebuah peghargaan tertinggi di dunia pendidikan New York City.

“Torang (kami) orang tua merasa terharu ketika nama anak kami disebutkan oleh Senator New York ketika membawakan pidatonya”, demikian komentar Joutje Kaunang. Ketika nama Erica dipanggil, gemuruh tepuk tangan para hadirin yang memenuhi ruangan itu sontak terdengar. Mereka sangat mengapresiasi anak-anak yang hebat dalam dunia pendidikan itu.


Erica (pertama dari sebelah kiri)

Dalam sambutannya, Principal Kim mengatakan bahwa tidak mudah untuk terpilih mendapatkan penghargaan dari National Junior Honor Society. Karena apa? Karena untuk mendapatkan nilai seperti itu tidaklah mudah. Dari 300 siswa terpilih dan diyakini sangat pintar itu maka dipilihlah 49 penerima penghargaannya, yaitu mereka-mereka yang memiliki nilai di atas 90%.

Dan yang lebih membanggakan lagi, dari 49 siswa itu ternyata ada 29 siswa yang dianggap terpintar, yaitu mereka yang memiliki nilai di atas 99% (atau hampir 100%). Erica adalah salah satu dari 29 siswa tersebut dengan nilai 99.93%. Ini tentu menuntut kerja keras dan usaha maksimal dari seorang Erica. Tidak hanya tatkala hendak memperolehnya, namun juga untuk mempertahankan apa yang sudah diperolehnya itu. Mungkin sekali, tidak ada lagi waktu untuk bermain-main layaknya anak sebaya dia. Waktunya digunakan hanya untuk belajar, dan terus belajar.

Erica memang adalah seorang gadis cilik yang amat berbakat. Ia memang tak pernah berhenti belajar, tidak pula ia terlena dengan apa yang sudah dicapainya. Ia tidak hanya sudah pernah mendapat tugas menulis surat ke Presiden Amerika, dan akhirnya mendapat balasan jawaban dari Sang Presiden. Ia pun pernah diwawancarai Majalah Forbes, hal mana sesuatu yang sangat langka diperoleh. Untuk masuk Majalah sekaliber Forbes tentu tidak mudah. Bulan ini juga, sosoknya akan masuk menghias Majalah Infosulut, sebuah majalah ternama dan bergengsi di Sulawesi Utara.

Ia adalah contoh anak muda belia berprestasi. Anak yang mengejar mimpi setinggi langit. Yang berusaha mendapatkan apa yang ia selalu mimpikan dan impikan, dan yang tidak pernah kalah sebelum berperang. Bagi Erica, sekali layar terkembang maka sangat pantang untuk diturunkan kembali. Sekali bertekad untuk maju, jangan pernah berpaling ke belakang. Kuncinya adalah belajar dan teruslah belajar, sebab tanpa itu, acap kali kegagalanlah yang menunggu kita di ujung jalan.

Pada dasarnya bakat adalah sesuatu yang amat ideal apabila kita dapat memberikan pendidikan yang benar-benar sesuai dengan peserta didik kita. Masalah bakat adalah masalah yang sama tuanya dengan manusia itu sendiri. Semenjak dahulu, orang sudah berusaha membahas masalah bakat ini. Urgensinya masih tetap aktual sampai saat ini, meski dari kacamata ilmu pegetahuan hasilnya masih jauh dari memuaskan. Urgensi dalam mengaplikasikan bakat tidak hanya terbatas pada bidang pendidikan saja, melainkan juga dalam hal pemilihan lapangan kerja (Suryabrata, 1995).

Pengaturan diri tingkah laku (self-regulation of behavior) mencakup berbagai bidang, diantaranya pengaturan diri dalam belajar di sekolah (self-regulated academic learning, selanjutnya disebut self-regulated learning dan disingkat menjadi SRL). Uraian selanjutnya akan dikemukakan tentang SRL dan perannya dalam mengatur belajar sehingga tercapainya tujuan yaitu adanya peningkatan prestasi akademik.

Pintrich dan de Groot (1990) menjelaskan bahwa terdapat beberapa macam definisi SRL. Namun, dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan tiga komponen penting yang berkaitan dengan kegiatan belajar di kelas. Ketiga komponen tersebut sebagai berikut:
1)      Strategi metakognisi siswa untuk merencanakan, memantau, dan memodifikasi kognisi mereka (Brown, Branford, Campione&Ferrara, 1983; Corno, 1986; Zimmerman, Pons, 1986, 1988 dalam Pintrich&de Groot, 1990).
2)      Cara siswa mengelola dan mengontrol usaha mereka dalam tugas-tugas akademik. Contoh siswa yang mampu menekuni atau tidak menyerah pada tugas-tugas yang sukar atau mampu menghindari gangguan-gangguan, akan dapat mempertahankan dorongan untuk menyelesaikan tugas-tugas sehingga memungkinkan mereka berprestasi lebih baik (Corno, 1986; Corno&Rohr Kemper, 1985 dalam Pintrich&de Groot, 1990).
3)      Aspek SRL yang sangat penting yang diajukan para peneliti dalam konseptualisasi mereka adalah strategi kognisi yang secara nyata digunakan siswa untuk belajar, mengingat, dan memahami materi bidang studi (Corno&Mandinech, 1983; Zimmerma&Pons, 1986, 1988 dalam Pintrich&de Groot, 1990). Strategi kognisi yang lebih baik yang digunakan siswa seperti mengulang, mengolaborasi, dan mengorganisasikan materi bidang studi ternyata membantu mendorong kegiatan kognisi dan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dalam belajar (Weinsten&Mayer, 1986 dalam Pintrich&de Groot, 1990).
Kegiatan komponen SRL tersebut digunakan sebagai definisi kerja dalam penelitiannya.

Dari ulasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Erica memiliki pengaturan diri yang baik dalam belajar dan mengasah bakat/kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, mari kita mengasah kemampuan kita masing-masing. Semangat!.


Sumber:

- Basuki, H.2005.Kreatifitas, Keberbakatan, Intelektual, dan Faktor-Faktor Pendukung dalam Pengembangannya.Jakarta: Gunadarma.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar