A. Pengertian
Pengorganisasian
Menurut Stoner & Walker (1986), pengorganisasian
merupakan satu proses dimana aktivitas kerja disusun dan dialihkan kepada
sumber tenaga untuk mencapai tujuan sebuah organisasi.
Menurut Jaafar Muhammad (1992), pengorganisasian
adalah penyususnan sumber-sumber organisasi dalam bentuk kesatuan dengan cara
yang berkesan agar tujuan dan objektif organisasi yang dirancang dapat dicapai.
Menurut Gatewood, Taylor, &
Farell, pengorganisasian adalah aktivitas yang terlibat dalam sutau struktur
organisasi yang sesuai, memberi tugas kepada pekerja serta membentuk hubungan
yang berguna di antara pekerja dan tugas-tugas.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
adalah suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokan dan mengatur
serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi,
agar tujuan organisasi dapat dicapai keefesienan.
B. Pengertian Struktur Organisasi
1.
Pengertian
Struktur Organisasi Menurut Para Ahli
Struktur
organisasi didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dimana organisasi
dikelola.
Menurut
Gibson, dkk, struktur organisasi adalah pola formal mengelompokan orang dan
pekerjaan.
Menurut
Hasibuan, struktur organisasi yaitu menggambarkan tipe organisasi,
pendepartemenan organisasi, kedudukan dan wewenang pejabat, bidang dan hubungan
pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem
pimpinan organisasi.
Maka
dapat disimpulakan bahwa struktur organisasi adalah mekanisme-mekanisme formal
dengan organisasi yang dikelola serta struktur organisasi menunjukan kerangka
dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi,
bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan,
tugas dan wewenang dan tanggung jawab yang berdeda-beda dalam organisasi.
2.
Jenis
Struktur Organisasi
a. Organisasi
Formal
Organisasi
formal ialah suatu organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian
tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau organisasi
yang memiliki struktur (bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan kerja,
kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab antara pejabat dalam suatu organisasi).
Atau organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara jelas
disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau sasaran. Tujuan ini
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur organisasi yang akan
dibuat. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
besaran (ukuran) satuan kerja.
b. Organisasi
informal
Organisasi
informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu
aktivitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada
organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak
sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi
anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antaranggota dan bahkan
tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi
informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi
informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya
dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi
juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks,
yaitu organisasi primer dan sekunder.
3.
Manfaat
Struktur Organisasi
a. Struktur
Fungsional:
1) Menjaga
kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama
2) Menciptakan
efisiensi melalui spesialisasi
3) Memusatkan
keahlian organisasi
4) Memungkinkan
pegawai manajemen ke puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi
b. Struktur
Divisional, dapat mengikuti pembagian divisi atas dasar produk, wilayah (geografis),
langganan, dan proses atau peralatan:
1) Meletakkan
koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian
tanggapan yang cepat
2) Menempatkan
pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas
3) Tempat
latihan yang baik bagi para manager strategik
4.
Kelemahan
Struktur Organisasi:
a. Struktur
Fungsional:
1) Struktur
fungsional dapat menciptakan konflik antarfungsi-fungsi
2) Menyebabkan
kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya
3) Menyebabkan
para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif
b. Sturktur
Divisional:
1) Masalah
duplikasi sumber daya dan peralatan yang tidak perlu
2) Dapat
menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi
C. Penggerakan (Actuating)
1.
Definisi
Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) adalah suatu fungsi
pembimbingan dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang-orang agar
orang-orang tersebut mau dan suka bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut,
jelaslah bahwa peranan penggerakan (actuating)
sangat penting. Karena penggerakan berfungsi untuk menggerakan fungsi-fungsi
manajemen yang lain, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan.
Menggerakan orang-orang agar mau dan suka bekerja mempunyai arti bagimana
menjadikan para pegawai sadar akan tugas dan kewajiban serta bertanggung jawab
atas tugas yang dibebankan kepadanya tanpa menunggu perintah dari siapapun.
2.
Prinsip Actuating
dalam Manajemen
Ada
beberapa prinsip yang dilakukan oleh pimpinan perusahan dalam melakukan actuating, yaitu:
a.
Prinsip mengarah kepada tujuan: Tujuan
pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin
efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap
usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri, artinya dalam
melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan atau bantuan dari
faktor-faktor lain seperti: perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang
cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan
serta kemampuan bawahan.
b.
Prinsip keharmonisan dengan tujuan: Orang-orang
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan
tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi
penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan
sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan. Semua ini
dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik
akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar.
Sedangkan kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik dan
pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
c.
Prinsip kesatuan komando: Prinsip
kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tanggung
jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur di dalam melaporkan
segala kegiatannya dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka
pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar
tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
D. Pengawasan (Controlling)
1. Definisi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) adalah
fungsi manajemen dimana peran dari personal yang sudah memiliki tugas, wewenang
dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan agar supaya berjalan
sesuai dengan tujuan, visi dan misi perusahaan. Di dalam manajemen perusahaan
yang modern fungsi control ini biasanya dilakukan oleh divisi audit internal.
2.
Langkah-langkah dalam Controlling
a.
Proses Pengawasan Manajemen:
1)
Perencanaan Strategi
2)
Penyusunan Anggaran
3)
Pelaksanaan Anggaran
4)
Evaluasi Kinerja
5)
Pengendalian Tugas
b.
Dapat digolongkan
menjadi delapan elemen, yaitu:
1)
Mengidentifikasikan tujuan dan strategi
2)
Penyusunan program
3)
Penyusunan anggaran
4)
Kegiatan dan pengumpulan realisasi
prestasi
5)
Pengukuran prestasi
6)
Analisis dan pelaporan
7)
Tindakan koreksi
3.
Tipe-tipe Controlling
a. Pengawasan Pendahuluan (Feedforward
Control): Pengawasan ini sering disebut juga
dengan Steering Control. Dirancang
untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari
standar dan tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap
diselesaikan (kegiatan belum dilaksanakan).
b. Pengawasan Concurrent: Pengawasan concurrent maksudnya
pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan melakukan kegiatan. Pengawasan ini
sering disebut pengawasan “ Ya-Tidak “, screening
control, “berhenti terus” dilakukan
selama suatu kegiatan berlangsung.
c. Pengawasan Umpan Balik (Feedback
Control): Pengawasan ini bisa juga disebut sebagai
“Past-Action Control” yang
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan dan pengukuran
ini dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga bentuk pengawasan tersebut
sangat berguna bagi manajemen karena memungkinkan manajemen membuat tindakan
koreksi dan tetap dapat mencapai tujuan.
4.
Pengawasan Proses Manajemen
Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang
berhubungan secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum,
yaitu proses perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan, dan
proses pengendalian, dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis.
Sesungguhnya keempat proses itu merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat
praktisi dan ahli mengenai manajemen.
Sumber Referensi:
·
Handoko, Hani. 1997. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
·
Gibson, dkk. 1997. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta:
Binarupa Aksara, (terjemahan).
·
Djatmiko, Y. H. 2008. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar