Minggu, 30 Oktober 2016

Pengorganisasian Suatu Perusahaan

A.    Pengertian Pengorganisasian
            Menurut Stoner & Walker (1986), pengorganisasian merupakan satu proses dimana aktivitas kerja disusun dan dialihkan kepada sumber tenaga untuk mencapai tujuan sebuah organisasi.
            Menurut Jaafar Muhammad (1992), pengorganisasian adalah penyususnan sumber-sumber organisasi dalam bentuk kesatuan dengan cara yang berkesan agar tujuan dan objektif organisasi yang dirancang dapat dicapai.
            Menurut Gatewood, Taylor, & Farell, pengorganisasian adalah aktivitas yang terlibat dalam sutau struktur organisasi yang sesuai, memberi tugas kepada pekerja serta membentuk hubungan yang berguna di antara pekerja dan tugas-tugas.
            Maka dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai keefesienan.

B.     Pengertian Struktur Organisasi
1.      Pengertian Struktur Organisasi Menurut Para Ahli
            Struktur organisasi didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dimana organisasi dikelola.
            Menurut Gibson, dkk, struktur organisasi adalah pola formal mengelompokan orang dan pekerjaan.
            Menurut Hasibuan, struktur organisasi yaitu menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi.
            Maka dapat disimpulakan bahwa struktur organisasi adalah mekanisme-mekanisme formal dengan organisasi yang dikelola serta struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas dan wewenang dan tanggung jawab yang berdeda-beda dalam organisasi.

2.      Jenis Struktur Organisasi
a.       Organisasi Formal
            Organisasi formal ialah suatu organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau organisasi yang memiliki struktur (bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan kerja, kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab antara pejabat dalam suatu organisasi). Atau organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara jelas disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau sasaran. Tujuan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur organisasi yang akan dibuat. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.
b.      Organisasi informal
            Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktivitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antaranggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks, yaitu organisasi primer dan sekunder.

3.      Manfaat Struktur Organisasi
a.       Struktur Fungsional:
1)      Menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama
2)      Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi
3)      Memusatkan keahlian organisasi
4)      Memungkinkan pegawai manajemen ke puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi
b.    Struktur Divisional, dapat mengikuti pembagian divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan:
1)      Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat
2)      Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas
3)      Tempat latihan yang baik bagi para manager strategik

4.      Kelemahan Struktur Organisasi:
a.       Struktur Fungsional:
1)      Struktur fungsional dapat menciptakan konflik antarfungsi-fungsi
2)      Menyebabkan kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya
3)      Menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif

b.      Sturktur Divisional:
1)      Masalah duplikasi sumber daya dan peralatan yang tidak perlu
2)      Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi

C.    Penggerakan (Actuating)
1.      Definisi Penggerakan (Actuating)
            Penggerakan (actuating) adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang-orang agar orang-orang tersebut mau dan suka bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa peranan penggerakan (actuating) sangat penting. Karena penggerakan berfungsi untuk menggerakan fungsi-fungsi manajemen yang lain, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan. Menggerakan orang-orang agar mau dan suka bekerja mempunyai arti bagimana menjadikan para pegawai sadar akan tugas dan kewajiban serta bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan kepadanya tanpa menunggu perintah dari siapapun.

2.      Prinsip Actuating dalam Manajemen
            Ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pimpinan perusahan dalam melakukan actuating, yaitu:
a.       Prinsip mengarah kepada tujuan: Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri, artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan atau bantuan dari faktor-faktor lain seperti: perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
b.      Prinsip keharmonisan dengan tujuan: Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang  terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang  baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedangkan kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi. 
c.       Prinsip kesatuan komando: Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tanggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur di dalam melaporkan segala kegiatannya dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.

D.    Pengawasan (Controlling)
1.      Definisi Pengawasan (Controlling)
            Pengawasan (controlling) adalah fungsi manajemen dimana peran dari personal yang sudah memiliki tugas, wewenang dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan agar supaya berjalan sesuai dengan tujuan, visi dan misi perusahaan. Di dalam manajemen perusahaan yang modern fungsi control ini biasanya dilakukan oleh divisi audit internal.

2.      Langkah-langkah dalam Controlling
a.       Proses Pengawasan Manajemen:
1)      Perencanaan Strategi
2)      Penyusunan Anggaran
3)      Pelaksanaan Anggaran
4)      Evaluasi Kinerja
5)      Pengendalian Tugas
b.      Dapat digolongkan menjadi delapan elemen, yaitu:
1)      Mengidentifikasikan tujuan dan strategi
2)      Penyusunan program
3)      Penyusunan anggaran
4)      Kegiatan dan pengumpulan realisasi prestasi
5)      Pengukuran prestasi
6)      Analisis dan pelaporan
7)      Tindakan koreksi

3.      Tipe-tipe Controlling
a.     Pengawasan Pendahuluan (Feedforward Control): Pengawasan ini sering disebut juga dengan Steering Control. Dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar dan tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap diselesaikan (kegiatan belum dilaksanakan).
b.    Pengawasan Concurrent: Pengawasan concurrent maksudnya pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan melakukan kegiatan. Pengawasan ini sering disebut pengawasan “ Ya-Tidak “, screening control, “berhenti terus” dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
c.     Pengawasan Umpan Balik (Feedback Control): Pengawasan ini bisa juga disebut sebagai “Past-Action Control”  yang mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan dan pengukuran ini dilakukan setelah kegiatan terjadi.
            Ketiga bentuk pengawasan tersebut sangat berguna bagi manajemen karena memungkinkan manajemen membuat tindakan koreksi dan tetap dapat mencapai tujuan.

4.     Pengawasan Proses Manajemen
            Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan, dan proses pengendalian, dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis. Sesungguhnya keempat proses itu merupakan hasil ikhtisar dari pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai manajemen.







Sumber Referensi:
·         Handoko, Hani. 1997. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
·         Gibson, dkk. 1997. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Binarupa Aksara, (terjemahan).

·         Djatmiko, Y. H. 2008. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar